Sabtu, 25 Juni 2011

Rantai Persahabatan

Aku Tera 16 tahun Pelajar SMAN kelas X Kota Yogyakarta, seorang gadis yang tinggal di tengah kota Jogja dengan penuh keistimewaan kotanya. Hari itu libur semester genap tahun ajaran 2010/2011 telah dimulai, berbeda dengan pagi yang biasanya mataku rasanya masih mengantuk dan berniat untuk melanjutkan tidur nyenyak ku yang terpotong “hoaaamm” enaknya bisa tidur sepuas hati, sebenarnya masih sama seperti rutinitas biasa sholat Subuh, tapiiii kali ini huuaah musim ekstrim telah membuat udara pagi di Jogja jadi super dingin, bahkan buat beraktifitas pagi-pagi aja malesnya minta ampun. Wal hasil kulanjutkan tidur dan mimpi indah ku.
Jam 06.00 AM alarm hp ku mulai berdering, dengan mata yang masih merem melek ku buka hp, selain matiin alarm ternyata sudah ada 3 sms dari teman terdekat ku. Ku awali dengan membuka sms dari Rian isinya:
“ hey :D bangun bossss liburan jgn angkrem di rmh aj dong, ayo renang!!”
Yang kedua dari Bian:
“jah libur to, ayo maen sm tmn2 ! mau ngak?”
Langsung ku tekan options → reply
“ hah? Kpn? sama siape, cuma kita ber 6 po? mau kmana?
Tanpa menunggu balesan dari Bian, kemudian aku buka sms dari Echa:
“zah temen2 ngajakin maen nih, gmn? Mau g?”
Berhubung rumah Echa adalah yang paling deket sama rumah ku jadi niat nya mau langsung rapat ke rumah sebelah. Kelamaan melek ngantuk ku jadi ilang. Tujuan selanjutnya adalah kamar mandi cuci muka, dll.
Hhhmmmm,,yap aku memiliki 5 orang sahabat yang selalu mengisi hidup ku selama ini, meskipun masing-masing dari kita berbeda usia 1-3 tahun, itu tidak menjadi suatu tembok bagi kami untuk saling menjaga kekompakan. Karena pada awalnya masing-masing dari kami memang sangat berbeda watak dan karakter, dan perbedaan itulah yang menjadi pengikat dan pelengkap bagi persahabatan kami selama ini.
Beberapa menit kemudian sebelum aku selesai dari kamar mandi terdengar suara “assalamu’alaikum Teraaaa,,terr teraa” dalam kamar mandi langsung ku kenali suaranya mesti orang-orang pengusik mimpi ku tadi. Tapi kok ngak ada sautan, ternyata bapak ku lah yang turun tangan “Tera nya baru bangun, sini masuk dulu, bentar lagi selesai kok baru cuci muka”. “oh iya pak kita di teras aja asikan disini” jawab Dana.
Tak lama kemudian aku keluar dengan muka bantal ketemu sama temen di depan rumah “eh morning pengikut ku, kenapa e pagi gini uda pada ngumpul mau nyapu rumah ato mbantu apaan nih? Hahaha” sapa ku, “wooo, paijem ik, emang kita pembantu lo. Rapat mendadak e ter ini. Nanti kan kita mau pergi to mau jam berapa sebenernya? Kumpul dimana? Mau nginep nggak ni di rumah om Tono, itu lho omnya Rian?” sahut si Dena. “weh-weh kok jadi aku e ini yang jadi sasaran pertanyaan, mending pendek, lha ini panjang banget, baleni-baleni lali aku malahan, aku manut wae lah Den, kalo mau nginep ya ayok ntar tapi aku pamit sama ortu ku dulu”.
Akhirnya kami menentukan tempat mana yang akan kita datangi. Sebelum itu kami siap-siap di rumah masiang-masing.
Tepat pukul 10.00 kita berkumpul di depan rumah ku sesuai perjanjian. Setelah kumpul semua aku triak dari dalem “hey gimana udah pada kumpul semua belom ni?, kalo udah ayo langsung cabut”. “udah kok ter udah lengkap ni, ayo berangkat” saat itu aku kemudian pamit salim sama bapak dan ibuk ku. Setelah itu kita ber 6 yang terdiri atas Aku , Echa, Dena, Rian, Dana, dan Bian pun meninggalkan rumah tanpa tau dan peduli dengan hal apa yang akan menghadang kami selanjutnya, asal jalan aja udah cukup..
Hanya dengan kendaraan bermotor dalam jangka waktu satu jam kita udah sampai di tujuan saat itu. “horeeeyy,,,,akhirnya sampe juga kita, hahaha” oceh Dena. Setelah parkir, ternyata aku baru sadar ternyata rumah omnya Rian kita tidak jauh dari pantai, tapi kita ke rumah omnya Rian dulu buat titip barang-barang, dalam rencana kita udah berniat buat nginep di rumah omnya Rian satu hari. Sekitar jam 13.00 lebih kami mulai jalan menuju Pantai di daerah itu.
Ngak ada orang sedikit pun disana, benar-benar belum terjamah oleh tangan manusia. Putih pasir, air yang masih jernih tanpa sampah, menakjubkan. Tidak ada hal kami lakukan selain menikmati pamandangan alam pantai sambil menunggu matahari kembali ke singgasananya. Perut kita kroncongan ternyata, aku dan Bian pergi untuk membeli beberapa makanan untuk mengganjal perut.
Baruu juga ditinggal berapa menit buat nyari makanan aja temen-temen ku udah pada ngilang, mata ku searching mereka, ealah ternyata udah pada ganti permainan jongkok pula, kirain pada capek ternyata mereka malah asyik maen pasir membentuk replika muka mereka “walaaahh dasar cah cilik ck…ck….ckk.., kirain pada ilang eh ternyata malah maen pasir, dasar MKKB, aku ikutan dong eh” kata Bian. “wolha gene, kamu juga MKKB Biii wuu bocah” seru yang lain, dari kejauhan aku hanya tertawa melihat olah teman-teman ku di pinggir pantai. Dengan muka bad moodnya Bian mulai menggerutu sendiri, kemudian Dana mendekatinya ngobrol dan ternyata dia menggerutu bukan karena marah tapi ternyata dia leper gara-gara ngak sarapan pagi. Karena kita laper semua, saat itu juga kita makan makanan yang udah di beli tadi bareng-bareng.
Masing-masing dari kami menikmati makanan dan berbincang bersama. Sambil menikmati angin pantai. Echa dan Dana mulai mengeluarkan guyonan mereka, hingga mulai sore kami belum pulang ke rumah omnya Rian, hanya sekedar untuk menikmati sunset, meski tidak sebagus di ratu boko temple kami cukup puas dengan itu. Dalam perjalanan pulang menuju rumah om Tono sepanjang langkah kami hanya guyonan yang mengisi jalan, mulai dari muka yang memerah, tambah item, bahkan hal sepele apapun dijadikan bahan.
Dirumah om Tono kami sudah disambut dengan berbagai jamuan. Terdengar saat kami di kamar atas om Tono menyuruh kami untuk segera mandi “ayo Rian, ajakin temen-temennya mandi keburu malem kasian nanti dingin lhooo le-nok!” suruh om Tono. Dalam hitungan 123 kami bersamaan menjawab “iyaaa om!! Hahaha” setelah mandi kami sholat dan makan malam bersama dengan keluarga om Tono, kami bercerita tentang apa yang kita lakuin tadi di pantai, persahabatan kami, rumah kita di Jogja, sekolah, dll.
Hingga jam 09.00 PM tanpa disadari kami sudah tidak kuat menahan ngantuk berat kami, satu persatu dari kami menguap bergantian “hooaaaammmm, adoh ngantok” kata yang berulang terucap dari mulut kami. Saking capeknya kemudian kita menuju kamar yang masing-masing dan tidur. Hingga pagi tiba kami bersiap pulang ke rumah masing-masing. Waktu menunjukan pukul 11.00 AM dan kami pun pulang ke rumah. Tampak raut muka sedih di wajah om Tono yang kala itu sudah sangat dekat dengan kita ber-enam untuk melepas kami kembali pulang. Saat berjabat tangan itulah kami benar-benar tersentuh. Tapi kita harus pulang saat itu juga.
Persahabatan kami ibarat rantai yang mengikat, dimanapun tempat itu, disanalah kita berkumpul, selalu bersama karena kami begitu menghargai sebuah pertemanan. Meskipun masing-masing dari kami berbeda sekolah komunikasi tetap berjalan. Bersama Satu Hati dan Satu Rasa. Dan persahabatan kami akan terus berjalan hingga akhir waktu yang memisahkan kami.

0 komentar:

Posting Komentar